Yupz, jadi istri emang wajib cantik - atau dicantik-cantikkan lah *kibaskan rambut, hehehe.
Karena kecantikan itu selain jadi pahala juga jadi benteng tersendiri dalam rumah tangga. Asik asik...
But actually... most of wives didn't do that!!! Why?
Saya juga gak ngerti banget sih, Sist. Tapi biasanya sih karena mereka terlalu percaya dengan kata-kata suami yang kayak gini, nih "kuterima kamu apa adanya, Sayang" - OMG, helloooo... that's not really true at all. Kebanyakan istri sekarang tidak lagi berdandan buat suaminya tapi kalau mau undangan doang. Kalau di rumah cuma sekedar pakai daster - parahnya beberapa malah masih menggunakan baju yang sudah punya ventilasi disana-sini *nepuk jidat. Ya, seperti yang tadi saya bilang, mereka menganggap suami mereka tidak akan terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Tapi apakah mereka tidak berpikir suami capek pulang kerja musti melihat istri yang berantakan atau mencium aroma dapur dari badan sang istri. Kasihan kan suaminya. Apalagi kalau suami tau istrinya hanya berdandan cantik ketika akan keluar rumah, lalu dimana kecantikan istrinya untuk dirinya sendiri??? Apa adanya sih apa adanya, tapi bukan apa adanya bingits kayak begitu dong, Sist.
Cantik bukan berarti harus dengan make up tebal atau pakaian mahal dan seksi. Cantik itu cukup dandan sederhana namun menarik dan sedap dipandang suami.
Dalam
pelaksanaannya, naluri untuk tampil cantik dan berhias ini telah Allah berikan
petunjuk-Nya, sehingga tidak salah jalan yang hanya akan mengakibatkan kerugian
dan kerusakan bagi pelakunya.
Ini
mirip dengan naluri untuk makan yang merupakan karunia yang harus disyukuri.
Namun naluri itu perlu dibuatkan koridornya agar tidak mencelakakan diri
sendiri. Misalnya Allah melarang untuk memakan makanan yang merusak diri
sendiri dan juga yang menghilangkan akal pikiran. Semua itu diberlakukan agar
nikmat ini terjaga dan berfaedah, bukan merusak dan menghancurkan sang hamba.
Dalam
persoalan berhias, maka batasan yang Allah tetapkan adalah:
1.
Kepada suami
Istri
wajib tampil cantik dan semenarik mungkin di depan suami. Dan semua itu akan
melahirkan pahala yang besar dari Allah.
2.
Kepada laki-laki yang mahram dan sesama wanita muslimah
Seorang
wanita boleh menampakkan sebagian tubuhya seperti kepala, leher, tangan, kaki
dan bagian lain yang memang dibolehkan secara syar‘i di depan keluarganya yang
masih mahram. Namun tidak boleh menampakkan bagian seperti aurat-aurat ‘besar’
dan lainnya. Berdandan di depan mereka pun tidak menjadi masalah asal masih
dalam batas yang wajar dan tidak vulgar.
3.
Tidak berdandan untuk laki-laki non-mahram dan wanita kafir
Keduanya
punya kedudukan yang sama yaitu diharamkan menampakkan bagian tubuh dan berhias
di depan mereka. Apalagi melenggak-lenggokkan tubuh untuk menarik syahwat
laki-laki asing atau non-mahram.
Selain
itu, Islam menentang sikap berlebih-lebihan dalam berhias sampai pada tahapan menjurus
pengubahan ciptaan Allah yang oleh Al-Qur‘an dinilai bahwa mengubah ciptaan
Allah adalah ajakan setan kepada pengikut-pengikutnya. Pasalnya, setan akan
berkata, “Sungguh
akan kami pengaruhi mereka itu, sehingga mereka mau mengubah ciptaan Allah.” (An-Nisa’
119)
Berdandan
tidak harus dengan memakai make
up dan perhiasan yang mahal. Rajin membersihkan diri dengan
mandi, bersiwak, memakai parfum dan berpakaian rapi dan serasi, sudah termasuk
bagian dari berdandan.
Demikian pula menyisir rambut, mencabuti bulu ketiak dan memotong
rambut kemaluan, juga termasuk berdandan. Jika suka dan memang punya, bolehlah
memoleskan sedikit bedak ke wajah, dan lipstik tipis di bibirmu. Itu akan
menambah cantik penampilan. Kalau ada, tak ada salahnya pula memakai perhiasan,
atau berpakaian menarik di hadapan suami. Tentu, semua itu harus diikuti dengan
keindahan akhlakmu.
Berpakaian
model apapun yang diinginkan dan disenangi suami, maka itu dibolehkan dalam
syariat Islam, karena tidak ada batasan aurat antara istri dan suaminya.
Dandanan yang memikat dan aroma parfum yang harum akan menjaga dan memagari
suami dari maksiat. Mata suami akan tertutup dari melihat pemandangan haram di
luar rumah, bila mata itu dipuaskan oleh istrinya dalam rumah. Jika istri tidak
dapat memuaskan atau menyenangkan suami sehingga suaminya sampai jatuh dalam
kemaksiatan (tertarik melihat pemandangan haram di luar rumah) maka berarti si
istri turut berperan membantu suaminya bermaksiat kepada Allah.
Benar,
bahwa dunia ini hanya sekedar jembatan, dan tujuan hidup seorang mukmin tidak
hanya untuk melahap kenikmatan. tetapi menikmati yang mubah juga dianjurkan,
sebagaimana melakukan yang haram juga dilarang. Maka telah disebutkan di dalam
hadits, bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Di
dalam diri di antara kalian terdapat sedekah.” (HR. Muslim).
Maka
‘bersedekahlah’ kepada para suami dengan berdandan semenarik mungkin, demi
keridhaan Allah dan pahala-Nya